"Lo mau nonton Koil lagi? Kan udah pernah..."
Habislah jari untuk menghitung berapa kali saya menonton band asal Bandung ini. Tidak usah bingung, karena saya sendiri juga bingung kenapa saya masih aja setia nonton setiap kali mereka manggung di Jakarta atau Bandung.
Setelah dipikir-pikir, apa istimewanya band ini juga saya ngga ngerti. Kualitas pun menurun beberapa tahun terakhir. Kebanyakan di setiap show akhir-akhir ini mereka seperti tidak maksimal dan tampil seadanya. Mungkin memang tergantung acaranya juga. Tapi ini jelas terlihat dari sang vokalis yang bahkan sudah lupa lirik lagunya, dan ia mengakui sendiri. Haha. Sad but true.
Tapi lagi-lagi saya ada di sana untuk menonton mereka.
Sebusuk apa pun panggungnya. Sesepi apa pun penontonnya. Sejelek apa pun soundnya. Saya ada di sana dan tepuk tangan.
Saya memang gila.
Bagi saya Koil ya begitu. Selama mereka masih membawakan lagu itu, dengan gaya seperti itu, saya masih akan ada di sana.
Awalnya memang tidak berminat menonton Konser Tunggal yang diselenggarakan di hari tanggung, Kamis, 24 Februari 2011. Tapi karena ada dorongan dari seseorang, akhirnya mulai memikirkan kemungkinan bolos kerja dan betapa menyenangkan kalau bisa melakukannya. Jadi, itulah dia alasan saya kali ini. Supaya bisa bolos kerja. Tidak tanggung-tanggung, 2 hari saja.
Maka berangkatlah saya ke Bandung bersamanya. Makan siang di RM Legoh, selain kangen ayam cabe ijo, sekalian maksimalkan hari Koil.
Menjelang malam, kami berangkat ke Sabuga. Kostum lengkap, black veil untuk saya dan atribut God.inc. Tanpa ekspektasi muluk-muluk, hanya ingin lihat mereka beraksi. Karena di sini lebih baik daripada di kantor.
Begitu masuk venue... Sial, ternyata konser ini niat sekali ya? Lorong masuk dipenuhi lampu. Membuat sedikit ragu, ini Koil atau Daft Punk? Di dalamnya sudah terpampang foto seluruh band seukuran orang asli serta logo besar di atasnya. Di samping kanan terlihat hall of fame serta logo Blacklight yang paling laku untuk photosession. Di sisi lain juga ada spot untuk foto serta booth Omuniuum.
Panggungnya pun cukup membuat kagum. Sepasang patung dengan perisai Koil mengapit drum. Sedangkan lilin Blacklight diletakkan di tengah dan di kanan kiri, menghidupkan suasana gothic.
Mereka pun "Nyanyikan Lagu Perang", menyulut semangat, mengobati kerinduan. Di antara lagu-lagunya yang membakar semangat, 3 lagu yang paling saya suka dibawakan akustik. Menyalakan ketiga lilin di atas panggung, menenggelamkan penonton dalam suasana gothic. Dan convetti perak pun jatuh saat mereka membawakan "Hujan." Suara "Murka" pun berbeda saat dibawakan dengan minimalis.
Sial, baru kali ini saya melihat mereka tampil begitu indah.
Bagi saya, bagian akustik ini adalah bagian klimaks. Seakan menunjukkan wajah lain Koil. Serius sebagai band yang bagus.
Saya pun teringat perasaan yang terlupakan itu... Dan saya yakin saya tidak gila.
Setidaknya saya tidak segila mereka yang bisa menggelar konser tunggal yang terlalu mewah untuk 25ribu rupiah!
Belum tahu kapan bisa bosan mendengarkan, menonton, dan menggilai mereka.
Habislah jari untuk menghitung berapa kali saya menonton band asal Bandung ini. Tidak usah bingung, karena saya sendiri juga bingung kenapa saya masih aja setia nonton setiap kali mereka manggung di Jakarta atau Bandung.
Setelah dipikir-pikir, apa istimewanya band ini juga saya ngga ngerti. Kualitas pun menurun beberapa tahun terakhir. Kebanyakan di setiap show akhir-akhir ini mereka seperti tidak maksimal dan tampil seadanya. Mungkin memang tergantung acaranya juga. Tapi ini jelas terlihat dari sang vokalis yang bahkan sudah lupa lirik lagunya, dan ia mengakui sendiri. Haha. Sad but true.
Tapi lagi-lagi saya ada di sana untuk menonton mereka.
Sebusuk apa pun panggungnya. Sesepi apa pun penontonnya. Sejelek apa pun soundnya. Saya ada di sana dan tepuk tangan.
Saya memang gila.
Bagi saya Koil ya begitu. Selama mereka masih membawakan lagu itu, dengan gaya seperti itu, saya masih akan ada di sana.
Awalnya memang tidak berminat menonton Konser Tunggal yang diselenggarakan di hari tanggung, Kamis, 24 Februari 2011. Tapi karena ada dorongan dari seseorang, akhirnya mulai memikirkan kemungkinan bolos kerja dan betapa menyenangkan kalau bisa melakukannya. Jadi, itulah dia alasan saya kali ini. Supaya bisa bolos kerja. Tidak tanggung-tanggung, 2 hari saja.
Maka berangkatlah saya ke Bandung bersamanya. Makan siang di RM Legoh, selain kangen ayam cabe ijo, sekalian maksimalkan hari Koil.
Menjelang malam, kami berangkat ke Sabuga. Kostum lengkap, black veil untuk saya dan atribut God.inc. Tanpa ekspektasi muluk-muluk, hanya ingin lihat mereka beraksi. Karena di sini lebih baik daripada di kantor.
Begitu masuk venue... Sial, ternyata konser ini niat sekali ya? Lorong masuk dipenuhi lampu. Membuat sedikit ragu, ini Koil atau Daft Punk? Di dalamnya sudah terpampang foto seluruh band seukuran orang asli serta logo besar di atasnya. Di samping kanan terlihat hall of fame serta logo Blacklight yang paling laku untuk photosession. Di sisi lain juga ada spot untuk foto serta booth Omuniuum.
Panggungnya pun cukup membuat kagum. Sepasang patung dengan perisai Koil mengapit drum. Sedangkan lilin Blacklight diletakkan di tengah dan di kanan kiri, menghidupkan suasana gothic.
Mereka pun "Nyanyikan Lagu Perang", menyulut semangat, mengobati kerinduan. Di antara lagu-lagunya yang membakar semangat, 3 lagu yang paling saya suka dibawakan akustik. Menyalakan ketiga lilin di atas panggung, menenggelamkan penonton dalam suasana gothic. Dan convetti perak pun jatuh saat mereka membawakan "Hujan." Suara "Murka" pun berbeda saat dibawakan dengan minimalis.
Sial, baru kali ini saya melihat mereka tampil begitu indah.
Bagi saya, bagian akustik ini adalah bagian klimaks. Seakan menunjukkan wajah lain Koil. Serius sebagai band yang bagus.
Saya pun teringat perasaan yang terlupakan itu... Dan saya yakin saya tidak gila.
Setidaknya saya tidak segila mereka yang bisa menggelar konser tunggal yang terlalu mewah untuk 25ribu rupiah!
Belum tahu kapan bisa bosan mendengarkan, menonton, dan menggilai mereka.