Senin, 27 Juli 2009

dial "m" for murder

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Mystery & Suspense
I've always love Alfred Hitchcock.

Setelah nonton Casablanca dan West Side Story, tiba-tiba pengen nonton serial Alfred Hitchcock lagi. thriller, suspense and mistery is a whole package in his serials... tapi sayangnya saya tidak menemukan serialnya di ratu Plaza. Yang ada malah film-film klasiknya. Which even better... so I don't have to buy several of them :)

Terpilihlah satu judul ini. Sebagai uji coba, judulnya sangat mengundang dan sangat menjelaskan segalanya.
Dibuka dengan ciuman mesra Grace Kelly dan seorang laki-laki. Lalu cut ke scene lain di mana ia berciuman bahkan lebih mesra dengan laki-laki lain. Wah... Wanita ini sungguh laku rupanya... Heheh.
Begitulah Hitchcock mengungkap sebuah affair. Cukup kurang dari 10 menit karena mungkin memang tidak penting. Cerita utamanya adalah perselingkuhan (alasan utama pembunuhan yang paling saya suka.. ehehehe), antara Margot Wendice (Grace Kelly) dan Mark Halliday (Robert Cummings) yang sudah tercium oleh suami Margot, Tony Wendice (Ray Milland). Terutama saat ditemukannya surat cinta dari Halliday untuk Margot oleh Tony.
Surat itulah pemicu utama rencana jahat Tony untuk menyingkirkan Margot yang kemudian dijadikan senjata untuk menudingkannya ke orang lain. Dengan hilangnya surat itu, bisa dijadikan alasan untuk sebuah pemerasan. Untuk itu, Tony butuh seseorang untuk mengeksekusi rencananya. Seseorang yang bisa ia peras balik, yaitu Captain Lesgate (Anthony Dawson). Senior Tony yang memiliki banyak identitas, memenuhi kualifikasi.
Namun, rencana sempurna itu tidak berjalan mulus. Bukannya Margot yang berhasil tereksekusi, malah Capt. Lesgate yang terbunuh dengan gunting sebagai usaha menyelamatkan diri dari Margot. Menurut Hitchcock, "As you can see, the best way to do it is with scissors." (Hihi... dasar orang jadul, tapi emang bener sih, lebih masuk akal :p).

Semuanya menjadi berantakan. Tapi Tony begitu pandai berkelit jadi semua tuduhan malah jatuh ke Margot.

Film yang diadaptasi dari teater karya Frederick Knott ini begitu konsisten dengan versi aslinya. Terbukti dengan 90% scene hanya di ruang tamu pasangan Wendice. Meski hanya satu scene bukan berarti film ini membosankan. Justru malah jauh dari membosankan karena dialog yang begitu cerdas, yang menyimpan banyak misteri di dalamnya. Ternyata ada versi 3D-nya bahkan pada masa itu (tahun 1954). di tahun 1998 pun sudah ada remake-nya, The Perfect Murder, yang dibintangi Gwyneth Paltrow dan Michael Douglas.

Tapi yang paling saya suka dari film klasik seperti ini adalah bahasanya yang santun, gerak tubuhnya dan tentu saja koleksi pakaian Grace Kelly yang sungguh "gracious"...

and now the addiction has taken me... I still have to buy several of these too... Can't help it, darn!

Senin, 20 Juli 2009

Public Enemies

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Classics
Studio 1 pukul 1 dini hari.

Niat memang, tapi siapa yang tidak bila harus menonton pelaku Jack Sparrow menjadi The Most Wanted Man: Dead or Dead, Johnny Dillinger?
Film dimulai begitu saja. Johnny sedang diantar untuk dijebloskan ke dalam penjara. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Ia berhasil meloloskan beberapa temannya.

Dengan gambar yang ‘biasa’, minim efek dan cenderung terang benderang sepanjang film, memang mengesankan kuno. Namun di beberapa scene terutama untuk adegan baku tembak, digunakan hand held camera dan gambarnya dibiarkan ‘mentah’ membuat kita seolah-olah ada di sana. Bukan cuma gambar, tapi juga suara dibuat sementah mungkin, senyata mungkin. Membuat Anda menutup mata dan menunduk seakan terjadi tepat di samping Anda.

Minimalisasi efek dan eksekusi hand held cam seakan membawa kita masuk ke kehidupan Johnny Dillinger yang sesungguhnya. Dekat dengan teman dan tentu saja, wanitanya. Membangun drama dan menyisakan kekuatan karakter setiap pemerannya, terutama Mr. Depp. Seperti biasa lah…

Tapi jadi sulit membedakan apakah dia Johnny Depp atau Johnny Dillinger?
Siapa pun itu…

Kalau ada yang bertanya sama saya, “What keeps you up all night?”
It’s you, Mr. Depp. It’s you…


*Pukul 3 dini hari dan adegan bioskop dengan close up wajahmu masih menjadi wallpaper di benak saya.

Selasa, 07 Juli 2009

when I forgot to say I love you

it was late that night, I was just coming home from work. I've waited long for the door finally opened, but you just didn't open it for me as usual, the maid opened it for me.

I was tired and too exhausted to think of anything but to hate you.

And it was going on until the next morning. You've prepared me breakfast but then I said No. even I didn't kiss you goodbye. I just walked away, still grumbling about last night.

Just as I've arrived at the office, bad news happen constantly. Enough to push me off my limit. It was a never ending arguing day, with everyone. And can't seem to find any way out. I am so pissed off that I've decided to leave early from the office.

I was so mad, I started to cry and try to figure out where did I go wrong.

Then suddenly i realised... This is simply something I deserve. Because of the night before. Because I forgot to say I love you that day. I type the text and send it to you, immediately...

"I forgot to say I love you today, now my day's a mess. I'm sorry, I love you, Mom..."

After I did the evening prayer, you replied...

"It's okay. I love you too..."

Never doubt it a single second, Mom...
I love you so much.